Ada juga gamelan yang terbuat dari bambu, serta ada juga gamelan slonding yang terbuat dari besi. Dari ketiganya, gamelan slonding adalah yang paling antik dan langka karena jarang digunakan.
Gamelan Bali sangatlah beragam, termasuk pada prinsip memainkannya, terlebih pada jenis-jenis gamelan pada masa pra Hindu-Jawa (Bali Aga).
Di Bali bagian timur, prinsip permainan gamelan agak berbeda dengan yang ada di Bali Selatan dan Utara yang memang berkaitan dengan lingkungan keraton yang sebagian masih terpengaruh budaya Jawa.
Sejauh ini setidaknya ada kurang lebih 25-30 genre karawitan Bali yang dibedakan berdasarkan jenis-jenis instrumen, fungsi dan bahasa. Mengingat banyaknya jenis, Gamelan Bali telah dibagi menjadi tiga kelompok besar menurut zamannya, diantaranya sebagai berikut :
- Gamelan Wayah (gamelan tua)
Jenis ini diperkirakan telah ada sebelum abad XV. Umumnya didominasi oleh alat-alat berbentuk bilahan dan belum dilengkapi oleh kendang. Kalaupun ada kendang, peranannya tidal begitu menonjol.
Beberapa gamelan yang masuk pada jenis ini meliputi Angklung, Gender Wayang, Baleganjur, Genggong, Bebonangan, Geng Beri, Caruk, Gong Luwang, Gambang dan Selonding.
- Gamelan Madya
Jenis ini diperkirakan muncul pada kisaran abad XVI-XIX. Ini adalah barungan gamelan dimana kendang sudah digunakan bersma dengan instrumen-instrumen berpencon.
Keberadaan kendang dalam kategori ini telah memainkan peranan penting. Beberapa gamelan yang termasuk dalam golongan madya antara lain Batel Barong, Bebarongan, Joged Pingitan, Penggambuhan, Gong Gede, Pelegongan dan Semar Pagulingan.
- Gamelan Anyar (gamelan baru)
Jenis ini diperkirakan ada pada kisaran abad XX dengan ciri-ciri yang lebih menonjolkan permainan kendang.
Beberapa gamelan dalam kategori ini termasuk Adi Merdangga, Manikasanti, Bumbung Gebyog, Semaradana, Bumbang, Gong Suling, Geguntangan, Jegog, Genta Pinara Pitu, Kendang Mabarung, Gong Kebyar, Okakan atau Grumbungan, Janger, Tektekan dan Joged Bumbung.